Selasa, 12 Juni 2012

PENINGKATAN BUDAYA LITERASI DAN SEKTOR LITBANG UNTUK MEMAJUKAN KUALITAS SDM INDONESIA


Oleh: Hidayat Pratama Putra
Indonesia merupakan negara dengan Sumber daya alam, kebudayaan, keberagaman, sumber daya manusia dan kekayaan lain yang sangat luar biasa. Namun hingga saat ini, dengan kekayaan yang dimiliki, Indonesia hanya mampu menjadi negara berkembang. Salah satu faktor utama dari kurang optimalnya potensi tersebut adalah sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Jika dibandingkan Jepang dan Korea Selatan, Indonesia memiliki kekayaan alam yang jauh lebih baik. Namun peningkatan kualitas SDM membuat negara-negara tersebut lebih maju dari Indonesia. Keunggulan SDM dapat dilihat dari budaya literasi yang ada di negara tersebut.
Indonesia masih memiliki budaya literasi yang sangat rendah. Hanya satu dari 10.000 orang Indonesia yang suka membaca.[1] Artinya hanya 0,01% penduduk Indonesia atau sekitar 2,4 juta dari 237.556.363 orang Indonesia[2] yang suka membaca. Bandingkan dengan orang Jepang yang biasa terlihat di film-film senantiasa membaca dimanapun dan kapanpun. Di sisi lain, produksi buku Indonesia setara dengan produksi buku Malaysia dan Vietnam, tetapi jika dilihat dari jumlah penduduk tentunya produksi buku Indonesia dianggap masih sangat rendah. Sedangkan di Jepang, jumlah toko buku hampir sama dengan jumlah toko buku di negara sebesar Amerika[3].
Padahal budaya literasi menjadi ukuran kemajuan suatu peradaban. Pada masa kejayaan Islam, peradaban Islam menjadi peradaban garda depan yang ditopang oleh buku[4]. Misalnya di Andalusia saja terdapat 20 perpustakaan umum. Yang terkenal di antaranya adalah Perpustakaan Umum Cordova, yang saat itu memiliki tidak kurang dari 400 ribu judul buku.[5] Contoh lainnya yaitu Amerika yang telah lebih dahulu sampai ke Bulan karena senantiasa meningkatkan budaya literasi. Saat ini juga Jepang menjadi negara sejajar dengan negara maju lain setelah melakukan restorasi Meiji yang membuatnya maju di bidang teknologi.
Di luar dari itu semua Indonesia sendiri telah menunjukkan potensinya dengan banyak menelurkan ilmuan-ilmuan yang cerdas. Namun mereka cenderung lebih memilih bekerja di luar negeri dibandingkan di Indonesia. Padahal Indonesia sangat membutuhkan mereka sebagai tonggak kemajuan bangsa. Namun hal tersebut bukan tidak beralasan, melainkan karena tidak adanya dukungan dari pemerintah Indonesia.
Melakukan penelitian dan pengembangan di Indonesia menjadi hal yang sangat sukar. Seperti diungkap salah seorang anggota i-4[6] Achmad Adhitya[7] bahwa ada dua faktor sulitnya mengaplikasikan gagasan di Indonesia. Faktor pertama adalah sikap pemerintah yang langsung menuntut kesuksesan dalam pengaplikasian gagasan dan kedua adalah masalah administrasi. Salah seorang ilmuan Indonesia yang bekerja di luar negeri menyatakan bahwa Pemerintah takut menyalurkan dana untuk penelitian karena takut gagal.[8]
Sektor litbang (Penelitian dan Pengembangan) di Indonesia memang masih lemah. Anggaran investasi litbang di Indonesia periode 2004-2006 sebesar 0,05% dari PDB[9], lebih rendah dibanding beberapa negara tetangga. Selain itu, anggaran penelitian dan pengembangan tidak dimasukkan dalam 20% APBN untuk pendidikan.
Dengan demikian penulis menganggap setidaknya ada dua solusi tepat guna meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Pertama adalah peningkatan budaya literasi, yang harus dimulai dari diri pribadi masyarakat dan didorong oleh pemerintah. Kedua Pemerintah harus berani mendorong penelitian dan pengembangan di Indonesia melalui bantuan mareriil maupun moril. Kedua solusi tersebut dianggap sebagai solusi jangka panjang maupun jangka pendek dalam meningkatkan kualitas dan optimalisasi potensi SDM di Indonesia.



                  [1] “Hanya 1 dari 10.000 Warga Indonesia Suka Membaca”, http://www.tempo.co/read/news/2012/01/12/079377034/Hanya-1-dari-10-Ribu-Warga-Indonesia-Suka-Membaca (diakses 20 Mei 2012)
[2] Data BPS 2010
[3] “Membangun Budaya Membaca Sepanjang Hayat”, http://perpustakaan.narotama.ac.id/2012/02/14/membangun-budaya-membaca-sepanjang-hayat (diakses 20 Mei 2012).
[4] “Masa Depan Peradaban Islam”, http://ustefan.wordpress.com/2010/04/19/masa-depan-peradaban-islam (diakses 20 Mei 2012).
[5] Ibid.
[6] I-4 adalah ikatan Ilmuan Internasional Indonesia.
[7] “Achmad Aditya: ‘Kami Bekerja untuk Indonesia’ “,http://paratokohlampung.blogspot.com/2011/11/achmad-adhitya-kami-bekerja-untuk.html (diakses 20 Mei 2012).
[8] Disampaikan dalam Acara Kick Andy dengan tema orang-orang Indonesia yang sukses di luar negeri.
[9] Laporan World Bank 2009 dalam Syahrul Aminullah, “Mengubah Skenario Anggaran Iptek Nasional”, www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/9261 (diakses 20 Mei 2012).

Tidak ada komentar: